Negara Ini Tidak Membutuhkan Malaikat


Tulisan ini sebenarnya adalah bentuk jawaban – antitesis tepatnya – dari pernyataan elit-elit politik mengenai dibutuhkannya ketua KPK [Komisi Pemberantasan Korupsi] yang harus setengah malaikat. Sebut saja Denny Indrayana, yang pada waktu ia masih menjadi seorang staf khusus Presiden SBY Bidang Pemberantasan Korupsi dan Ham. Saat itu, beliau mengatakan bahwa calon-calon ketua KPK harusnya orang-orang yang terbaik, setengah malaikat. Selain dianggap suci, orang-orang setengah malaikat ini juga dianggap harus kuat agar dapat menghadapi serangan-serangan para koruptor.

Sedangkan di sisi lain disebutkan pula, bahwa KPK bukanlah malaikat, sehingga dapat saja melakukan kesalahan dan keteledoran. Pernyataan ini diucapkan oleh Adnan Buyung Nasution ketika mengadakan pertemuan antara tim delapan dan dan Bambang Widaryatmo. Pernyataan ini juga sempat berulang kali diucapkan oleh Amien Rais ketika menanggapi isu Cicak vs Buaya. Oleh sebab itu beliau menekankan bahwa karena KPK bukanlah malaikat, KPK harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dalam mengemban tugasnya. Masih banyak lagi para elit politik, misalnya dari komisi III DPR [Dewan Perwakilan Rakyat], partai politik atau para kritikus dan pengamat politik yang juga menyatakan hal yang serupa dalam menanggapai kelemahan-kelemahan KPK dalam menangani beragam kasus tersebut.

Tulisan ini juga saya buat sebagai sebuah tanggapan atas penggunaan istilah malaikat juga masih kerap dibawa-bawa dalam membahas mengenai kepemimpinan di negara ini. Sudah umum diketahui bahwa tidak sedikit golongan masyarakat atau individu-individu di negeri ini yang menunjukkan kekecewaaan pada kepemimpinan SBY [Susilo Bambang Yudhoyono]. Namun, tentu saja, ada alasan dan argumentasi yang menjelaskan bahwa Presiden sekalipun bukan Tuhan, dewa, apalagi malaikat yang tidak sempurna dan kerapkali melakukan kesalahan. Jadi, pada dasarnya istilah ‘bukan malaikat’ dan ‘tidak sempurna’ sepertinya digunakan sebagai pembenaran dan pewajaran akan kelemahan dari seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan malaikat?

Dalam ajaran Kristen, penggambaran fisik malaikat hanya merupakan simbol-simbol, tidak secara literal

Malaikat atau angel dalam bahasa Inggris, dalam beragam agama dipercayai sebagai roh atau mahluk spiritual yang memiliki kekuatan-kekuatan tertentu dan patuh kepada perintah Tuhan. Malaikat dikenal dalam agama-agama Abraham/Ibrahim, seperti Islam, Kristiani dan Yahudi. Malaikat dikenal dalam bahasa Arab, malaikah, dan bahasa Ibrani mal’akh, memiliki penggambaran yang serupa, meski tidak benar-benar sama. Malaikat sering digambarkan sebagai pembawa pesan dari Allah kepada orang-orang kudus dan suci serta nabi, mereka juga merupakan mahluk spiritual yang berkebalikan dengan setan atau iblis yang bertugas menjaga jiwa manusia selamat dari ancaman neraka dan setan-setannya. Meskipun ada perbedaan yang mendasar dari ketiga agama ini, misalnya bahwa di dalam agama Kristen, setan [Lucifer] sebenarnya adalah malaikat yang terjatuh ke dalam kejahatan [fallen angel], sedangkan Islam membedakan antara malaikat dan setan dengan tegas. Keduanya diciptakan secara berbeda, dimana malaikat diciptakan dari cahaya sedangkan setan dari api. Namun pada dasarnya, malaikat sendiri meskipun suci tanpa dosa, dan merupakan mahluk yang tidak dapat secara langsung mengintervensi kehidupan manusia, meskipun di dalam agama Mormon [The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints], malaikat dapat saja mengubah bentuk menjadi seorang manusia dan turun ke bumi agar dapat menjalankan misinya, yaitu menyampaikan pesan Tuhan. Agama-agama lain seperti Baha’i dan Sikh memang memiliki beragam penjelasan mengenai apa itu malaikat, tetap saja malaikat dianggap adalah mahluk suci namun memiliki keterbatasan, dimana mereka tidak dapat memiliki keputusan sendiri dan harus selalu taat pada Tuhan.

Saya tidak akan lebih jauh menjelaskan mengenai malaikat dan pernak-perniknya, termasuk mungkin konsep malaikat di beragam agama non Abraham, seperti Hindu, Buddha, Jainisme dan sebagainya, karena malaikat yang memang diutarakan dalam pernyataan-pernyataan tersebut, merujuk pada penggambaran umum dari ketiga agam besar Abraham tersebut.

Saya menemukan penjelasan lain bahwa sebenarnya manusia adalah mahluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Jadi. Manusia jauh lebih baik dibanding tumbuhan, binatang, bahkan setan dan malaikat. Ini dikarenakan Tuhan begitu mencintai manusia sebagai Khalifah-Nya diatas muka bumi, yang memang pada dasarnya sengaja diciptakan untuk menguasai seluruh isi bumi dan menggunakannya bagi kesejahteraan sesama manusia, yang pada akhirnya juga ditujukan untuk memuliakan nama-Nya.

Manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki mahluk lain, termasuk malaikat tentunya, yaitu anugrah keistimewaan spiritual, emosional, dan intelektual. Manusia dapat jatuh ke dalam dosa, menjadi mahluk yang paling hina bila mereka tidak dapat menggunakan keunggulan-keunggulannya yang istimewa ini. Maka, tidaklah berlebihan bila saya berpendapat bahwa manusia sudah merupakan mahluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan malaikat. Lalu mengapa kita butuh malaikat? Bukankah manusia sendiri sudah dianugerahi sifat kepemimpinan? Bukan malaikat!

Istilah bahwa seorang pemimpin harus seperti malaikat – baik KPK maupun pemimpin politik dan pemerintahan – tidaklah seluruhnya tepat, karena manusia berhak menentukan apakah ia ingin menjadi manusia suci, berwibawa dan berakhlak, itu merupakan keputusannya tanpa harus memiliki jiwa bak malaikat. Sebaliknya, secara sederhana, saya ingin mengatakan kepada para pemimpin bangsa saat ini, bahwa pemimpin memang bukan Tuhan, dewa atau malaikat, namun ia jelas harus lebih baik dibanding malaikat dan manusia-manusia lain, karena ia harus memimpin umat dan menguasai alam yang disediakan Tuhan baginya. Dalam kata lain, kelemahan-kelemahan pemimpin harus minimal, tanpa perlu menutupi dengan pembenaran bahwa tidak ada seorang manusia pun yang sempurna, padahal, memang seorang pemimpin haruslah sempurna. Bila seorang pemimpin hanya bersembunyi di balik pernyataan-pernyataan ini dan semua orang berharap seorang pemimpin adalah malaikat, bukankah ini kemunduran dari inti kesempurnaan manusia yang telah diamanahkan Tuhan? Negara ini tidak tidak membutuhkan malaikat, tetapi seorang manusia yang berani menjadi sempurna!

Leave a comment