Overexposed: When Maroon 5 goes Katy Perry


Album Title        : Overexposed

Musician             : Maroon 5

Genre                   : Pop Rock, Blue-Eyed Soul, Pop Disco, Synth-Pop

Hits                        : Payphone, One more Night

Masih terbayang kedasyatan single duet Maroon 5 – Christina Aguilera Moves Like Jagger di benak kita. Single ini juga membuat para penggemar Maroon 5 tidak sabar menunggu peluncuran album keempat dab terbaru band blue-eyed soul/pop-rock Amerika ini. Semula saya ramalkan [dan saya rasa banyak kritikus dan fans mereka pula], album Overexposed ini akan mengetengahkan gaya disco dan up-beat tempo yang lebih enerjik dan berbeda dibanding album-album sebelumnya.

Ramalan saya tepat, karena memang album Overexposed ini sangat sarat dengan nuansa disco yang kental. Hanya saja yang lebih mengejutkan adalah bahwa album ini sangat mengecewakan, terutama bagi para penggemarnya. Bukan nuansa disco ala soul/funk seperti yang menjadi ciri khas band ini, sebaliknya mereka terlalu berani untuk memilih pop disco atau synth pop yang terlalu sederhana untuk band sekelas Maroon 5.

Payphone, single pertama Maroon 5 benar-benar berbanding terbalik dengan Moves Like Jagger. Cara bernyanyi Adam Lavine yang khas ala soul dan soft rock pun ternyata menjadi biasa karena tatanan lagu yang begitu pop. Lagu dengan featuring rapper Wiz Khalifa ini sebenarnya telah mencapai nomer 1 dalam penjualan musik digital, namun mendapatkan kritikan yang pedas dari banyak media dan kritikus musik dunia. Bahkan Payphone dinobatkan menjadi single terburuk tahun ini!

Surat kabar Washington Post menjelaskan mengenai Overexposed sebagai:

“is a hit seeking missile that doesn’t just slaughter Maroon 5’s reputation for sincerity, it festoons its corpse with glitter, hairspray and Hello Kitty snickers.”

Maroon 5 dianggap terbebani dengan penjualan album-album sebelumnya yang laku keras, sehingga mereka kehilangan ketulusan dalam bermusik. Mereka dianggap hanya mengejar hits atas lagu-lagu mereka [dan sialnya, ini bisa saja terjadi]. Sedangkan surat kabar Entertainment Weekly lebih keras mengkritisi Overexposed dengan memberinya nilai C+ karena “it never quite finds a balance between rock grit dan dance pop-glitz … Maroon 5 barely sounds like a band at all.” Billboard Chris Payne dan Huffington Post juga mengutarakan hal yang sama, dimana niat Maroon 5 dalam album kali ini dianggap tidak sesuai dengan musik Maroon 5.

Saya pribadi setuju dengan para kritikus ini. Setelah mendengar seluruh album, saya langsung bosan. Semua single terdengar kacangan dan terlalu sederhana dimana mereka cenderung bermain aman. Bahkan saya mendengar beberapa lagu yang serupa dengan lagu-lagu pop disco ala Katy Perry, Kesha, atau bahkan Lady Gaga. Dengar saja Doin’ Dirt dan Fortune Teller yang meski up-beat tetapi sama sekali biasa, mediocre, atau sedang-sedang saja. Pop ala Katy Perry dan Britney Spears muncul kembali pada Love Somebody dan Lucky Strike. Selidik demi selidik, ini terjadi karena dengan gegabah Maroon 5 tidak membuat semua lagu mereka sendiri. Mereka meminta bantuan para penulis lagu hits untuk Britney Spears, Kesha dan Katy Perry. Pantas saja … Daylight dan The Man Who Never Lied malah mengingatkan kita pada nada-nada milik Coldplay dan The Script.

Secara pribadi saya juga sangat terganggu dengan cara bernyanyi Adam Lavine kali ini yang terlalu kerap mengumbar ‘auo auo’, ‘oo oo’, atau ‘iye iye’. Termasuk nada yang terlalu sederhana untuk seorang Adam. Bahkan hampir tidak terdengar ritem gitar funky khas Maroon 5, yang terdengar malah sound drum machine dan synthesizer serta bunyi-bunyian pop disco 2000-an.

Hanya Beautiful Goodbye yang bergaya soft/fusion reggae dan Ladykiller yang mengingatkan kita pada Michael jackson sajalah yang dapat saya berikan kredit, sisanya sangat mengecewakan.

Tidak bisa dipungkiri, bisa saja album ini akan meledak di pasaran, karena jelas lagu-lagu yang mereka tawarkan lebih serupa dengan sound ala Chris Brown dan Pittbull dibanding sejatinya Maroon 5. Namun, Maroon 5 dianggap tidak memberikan karya terbaiknya kali ini serta gagal menentukan gaya bermusik mereka malah cenderung menurun dalam menciptakan karya-karya yang lebih baik. Yah, terpaksa saya hanya bisa memberikan nilai 5 dari 10 untuk Overexposed. Inipun karena saya adalah salah satu dari penggemar mereka. Saya masih berharap untuk gebrakan mereka di album-album berikutnya, dan agar mereka kembali ke jalan yang benar, yaitu kembali ke sound dan style bermusik mereka yang lebih ‘berkelas dan cerdas’, bukan sekedar mengejar hits dan peringkat di tangga lagu dunia.